Mindset karyawan vs mindset pengusaha

Menjadi wirausahawan atau pengusaha adalah sebuah pilihan karir kehidupan. Selain pilihan ini, ada banyak pilihan karir lain yang bisa dipilih. Apakah menjadi PNS, karyawan kantoran, teknisi, guru, polisi atau yang lainnya. Bahkan seiring dengan perkembangan jaman, banyak bermunculan profesi baru yang dulu belum pernah ada. Misalnya ghost writer… Apaan tuh? Terjemahannya mungkin penulis hantu, tapi istilah yang lebih cocok adalah penulis bayangan. Dia yang membuatkan tulisan bagi orang-orang yang membayar jasanya. Biasanya di hire untuk mengisi content website, socmed, atau bahkan untuk membuat buku.

Jaman dulu, hanya orang yang kepepet yang menjadi pengusaha. Kalau tidak salah, saya pernah baca sebuah biografi seorang pengusaha tionghoa. Sewaktu ditanya kenapa dia jadi pengusaha, beliau menjawab “karena saya tidak bisa jadi pegawai negeri”. Tentunya bukan karena faktor IQ yang membuatnya tidak bisa menjadi PNS, tetapi lebih karena sistem perekrutan PNS yang ‘sengaja’ membuat warga keturunan tidak bisa mendaftar. Itulah yang akhirnya mengantarkan beliau menjadi seorang entrepreneur.

Nah, jaman sekarang saya melihat trendnya justru terbalik. Kalau dulu yang jadi pengusaha adalah orang-orang kepepet, sekarang banyak juga orang-orang ‘mapan’ yang banting setir jadi pengusaha. Bukan hal baru lagi kalau ada orang bercerita “wah, orang itu sekarang jadi pengusaha. Padahal dulu dia manager (atau posisi di atasnya) yang sudah mapan”. Continue reading

Hidup dan panjat tebing

Gadis itu memulai langkah pertamanya. Tangan kanannya menggenggam pijakan, begitu juga dengan tangan kirinya. Lalu kaki kanannya diangkat dan mulailah ia beranjak naik. Bergantian, kaki kirinya pun naik setapak lebih tinggi. Begitu terus selama beberapa waktu. Setapak demi setapak. Setiap tapak membawanya semakin mendekati tujuan. Terkadang dia berhenti di tengah jalan. Merogoh sesuatu dari kantongnya, kemudian melanjutkan lagi perjalanannya ke atas. Walaupun terasa lelah, ia tidak peduli.

Jelas, jalan yang ditempuhnya tidak mudah. Saat ini rintangannya memang masih ringan, tetapi dari kejauhan tampak jelas bahwa semakin tinggi ia naik, semakin terjal medan yang ia hadapi. Bahkan mendekati tujuan, medannya terasa tidak masuk akal untuk dilalui. Continue reading

New year, new beginning

Hari ini adalah hari ketiga di tahun 2014. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini saya awali dengan profesi baru. Ya, mulai awal tahun ini saya sudah melepaskan status saya sebagai seorang karyawan dan masuk kembali ke dunia wirausaha. I’m a full time entrepeneur now.

Ini bukan resign yang pertama kali sebetulnya, tetapi saya tegaskan dalam hati bahwa this will be the last. There’s no way back.

Terbayang kembali kejadian 2 tahun yang lalu, tepatnya bulan Juli 2011. Waktu itu saya disalami oleh Presiden Direktur dan Manager HRD. Mereka mengucapkan selamat atas pengangkatan saya sebagai karyawan permanen setelah lolos menjalani 3 bulan masa percobaan. Seandainya saya seorang fresh graduate tentunya jabat tangan tersebut sangat berarti dan dapat membuat hati berbunga-bunga. Tetapi ternyata tidak. Bukan itu yang saya rasakan. Continue reading

Move On mantan operator pabrik

Selepas sholat magrib sore kemarin di Komplek Pengayoman, Tangerang, saya beranjak meninggalkan masjid dan menuju tempat saya meninggalkan sendal. Langit masih mendung dan gerimis masih terasa turun rintik-rintik. Baru saja sendal saya pakai, seseorang menyapa saya dari kejauhan. Masya Allah, seorang teman mantan di pabrik yang lama rupanya. Akhirnya sendalpun saya lepas kembali untuk menyapanya.

Pak Tono namanya. Dari sisi perawakan ia tidak berubah, masih sama seperti waktu saya mengenalnya dulu. Terakhir yang saya tahu, beliau adalah operator di bagian produksi walaupun punya background pendidikan sebagai pengajar.

Kami pun bertukar sapa dan saling menanyakan kabar. Kebetulan dulu juga anaknya pernah bersekolah di TK yang sama dengan anak saya. Jadi walaupun sudah tidak bekerja di tempat yang sama, kita masih kadang-kadang bertemu dan bertegur sapa. Continue reading

Mau sampai kapan?

Beberapa waktu yang lalu saya sempat sharing perbincangan saya dengan seorang rekan kerja di kantor via twitter. Kurang lebih dia menyampaikan bahwa setelah melakukan hitung-hitungan gaji dengan istrinya, dia sampai pada satu kesimpulan… Ini kapan bisa beli mobilnya??

Hehehe…

Ada diantara anda yang punya pengalaman serupa? Saya rasa tidak sedikit ya yang pengalamannya sama. Termasuk saya. Bisa jadi kita termasuk dalam golongan karyawan yang gajinya ada di kisaran 10 koma… tanggal 10 koma, Hehehe… Masih untung kalau impas, kadang malah minus.

Continue reading

Pelajaran kehidupan

Sudah beberapa hari ini saya melihat iklan di tv yang cukup inspiring. Narasi dimulai dengan seorang ibu berkata “Anakku tidak akan menang… jika aku mengalah”. Wow bukan?

Terlepas dari iklannya, pesan yang disampaikan menurut saya cukup dalam. Ini adalah kisah tentang pelajaran hidup yang berusaha diajarkan oleh seorang ibu kepada anaknya, lewat jalan yang keras. Ceritanya, sebagai seorang pelari, sang ibu mengajak anaknya untuk berlari setiap hari bersama-sama. Tetapi setiap kali berlari, si ibu tidak mengurangi kecepatannya. Akibatnya jaraknya dengan si anak akan semakin jauh pada setiap langkah.

Sang anakpun beberapa kali terlihat depresi. Ya, sangat manusiawi bahwa ada kalanya ia ingin menang. Menang dalam perlombaan lari yang berlangsung setiap hari dengan ibunya, secara jujur dan terhormat. Sang ibu sebetulnya bisa saja memperlambat langkahnya agar si anak bisa menang. Tetapi ia tidak mau melakukan hal itu. Sebagai seorang atlit, ia tahu persis bahwa jiwa kompetisi, keinginan untuk menang harus terus membara dalam diri anaknya. Continue reading

My Collaboration

Bab terakhir rumus ON dari Pak Jamil adalah CollaboratiON. Buat saya, collaboration berarti bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan yang kita harapkan. Biasanya orang-orang ini adalah bagian dari lingkup pergaulan kita sehari-hari. Istilah dalam bahasa kerennya: networking.

Networking bisa dengan siapa saja. Kita tidak pernah tahu siapa orang yang akan membantu kita saat kita sedang kesulitan. Maka akan sangat baik jika networking dibangun tanpa pamrih. Continue reading

My Action

Saya sudah menetapkan visi pribadi saya. Saya juga sudah menemukan passion saya. Dalam bab ketiga di buku “ON”, yang perlu dilakukan selanjutnya adalah action.

Oke… saatnya untuk melakukan analisa kecil-kecilan. Kali ini kita perlu untuk sejenak keluar dari rutinitas sehari-hari dan masuk ke ‘big picture’. Aktifitas ini dalam dunia pekerjaan disebut gap analysis, atau analisa kesenjangan. Apa yang di analisa? Kesenjangan atau perbedaan antara kondisi yang diinginkan dengan kondisi aktual saat ini. Continue reading

My Passion

Tulisan kali ini adalah tentang Passion yang merupakan bab kedua dari buku “ON”. Bagi saya pribadi, passion adalah sesuatu yang sangat kita sukai sehingga ketika kita melakukannya, kita tidak bisa membedakan antara bekerja atau bermain. Perbedaannya menjadi hilang. Work is where you play.

Pak Jamil mengartikannya sebagai sesuatu yang gue banget. Continue reading

My Vision

Dalam tulisan saya sebelumnya, ada tips untuk mudah menulis yaitu 3 AT: lihat, catat, dan tamat. Ternyata saya masih butuh banyak latihan untuk bisa konsisten melaksanakan hal yang ketiga, yaitu tamAT. Soalnya sejak tulisan terakhir yang dipublish di blog ini, sebetulnya saya sudah membuat beberapa draft tulisan, tetapi ternyata sedikit yang berhasil diselesaikan sampai tamat.

Salah satu alasannya kenapa tulisan saya macet adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi di Bulan Oktober lalu. Alhamdulillah, Allah telah melimpahkan berkah yang sungguh luar biasa kepada kami di bulan itu.

Continue reading