Hari ini adalah hari ketiga di tahun 2014. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini saya awali dengan profesi baru. Ya, mulai awal tahun ini saya sudah melepaskan status saya sebagai seorang karyawan dan masuk kembali ke dunia wirausaha. I’m a full time entrepeneur now.
Ini bukan resign yang pertama kali sebetulnya, tetapi saya tegaskan dalam hati bahwa this will be the last. There’s no way back.
Terbayang kembali kejadian 2 tahun yang lalu, tepatnya bulan Juli 2011. Waktu itu saya disalami oleh Presiden Direktur dan Manager HRD. Mereka mengucapkan selamat atas pengangkatan saya sebagai karyawan permanen setelah lolos menjalani 3 bulan masa percobaan. Seandainya saya seorang fresh graduate tentunya jabat tangan tersebut sangat berarti dan dapat membuat hati berbunga-bunga. Tetapi ternyata tidak. Bukan itu yang saya rasakan.
To be honest, saya justru merasa galau. Dalam hati ini berkecamuk bermacam-macam perasaan. Senang dan bahagia tentu ada. Tetapi justru sebuah perasaan dominan yang terasa justru seperti berteriak… “This is not me!”
Walaupun demikian, saya memiliki prinsip bahwa pekerjaan adalah sebuah amanah. Perusahaan menitipkan tanggungjawab untuk bekerja selama jam kerja dan sebagai gantinya, kita terima imbalan di setiap akhir bulan. Prinsip ini yang terus saya pegang sehingga saya berusaha untuk selalu all in saat bekerja. Setiap hari saya bekerja lebih dari 8 jam. Berangkat pagi pulang malam. 5 hari seminggu. Sabtu dan Minggu yang pengennya digunakan untuk istirahat, justru menjadi waktu keluarga dimana anak2 minta jatah quality time.
Namun anehnya, walaupun semua berjalan seperti idealnya kehidupan (dalam bayangan kurang lebih 80% manusia di dunia – prinsip pareto), saya justru merasa ada sesuatu yang salah. There is something that is missing.
Ternyata… baru setelah ikut workshop training for trainer TDA bulan November lalu, saya sadar kalau saya sudah terkena kutukan. Yes, saya terkena kutukan entrepreneur.
Pak Cahyadi dari forbiz Indonesia saat sharing tentang pengalamannya berwirausaha sempat menyebutkan begini, “Jika anda sudah pernah menjadi wirausahawan, kemudian karena satu dan lain hal lalu memutuskan kembali menjadi karyawan, perasaan anda tidak akan pernah sama. There is no way back”.
Ucapan Pak Cahyadi ini di amini oleh kawan saya seorang pengusaha sukses asal Serang, Pak Ade Hidayat. Berangkat dari menjadi karyawan, suatu saat dia putuskan untuk resign dan berwirausaha. Lalu sebagaimana naik turunnya perjalanan hidup, usahanya belum berhasil hingga akhirnya dia kembali menjadi karyawan. Tapi ternyata diapun sudah terkena kutukan entrepreneur… there is no way back. Walhasil diapun kembali resign dan menjadi entrepreneur sampai sekarang.
Ah… Ternyata inilah jawaban atas perasaan yang saya rasakan waktu itu. Dan tidak menunggu waktu lama, saya memutuskan untuk kembali ke jalur yang benar (buat saya). Jadi… satu resolusi awal tahun sudah berhasil saya wujudkan and more to come.
This is my resolution, what’s yours?
Recent Comments