Selepas sholat magrib sore kemarin di Komplek Pengayoman, Tangerang, saya beranjak meninggalkan masjid dan menuju tempat saya meninggalkan sendal. Langit masih mendung dan gerimis masih terasa turun rintik-rintik. Baru saja sendal saya pakai, seseorang menyapa saya dari kejauhan. Masya Allah, seorang teman mantan di pabrik yang lama rupanya. Akhirnya sendalpun saya lepas kembali untuk menyapanya.
Pak Tono namanya. Dari sisi perawakan ia tidak berubah, masih sama seperti waktu saya mengenalnya dulu. Terakhir yang saya tahu, beliau adalah operator di bagian produksi walaupun punya background pendidikan sebagai pengajar.
Kami pun bertukar sapa dan saling menanyakan kabar. Kebetulan dulu juga anaknya pernah bersekolah di TK yang sama dengan anak saya. Jadi walaupun sudah tidak bekerja di tempat yang sama, kita masih kadang-kadang bertemu dan bertegur sapa.
Beberapa bulan yang lalu ternyata pabrik tempat pak Tono bekerja tutup. Untungnya manajemen pabriknya bersedia membayar pesangon. Alhasil Pak Tono kehilangan pekerjaan tetapi memiliki uang cash sebagai gantinya. Lalu apa yang dilakukan Pak Tono? Dia move on.
Sebagai kepala rumah tangga dia pahami betul bahwa sudah menjadi kewajibannya untuk mencari nafkah untuk keluarga. Maka ketika dia di PHK, dia tidak tinggal diam. Segera dia memutuskan untuk berwirausaha, sebuah bidang yang bisa dibilang baru baginya. Toh, dilihat dari sisi umurpun beliau rasanya sudah sulit jika masih ingin bekerja di pabrik.
Kuliner adalah pilihannya dalam berwirausaha. Saat ini dia menjalankan 3 usaha sebagai jaga-jaga jika salah satu usahanya ada yang sepi, yaitu bubur ayam, siomay dan es kelapa muda. Wilayah usahanya baru seputaran sekolah-sekolah. Tetapi omsetnya lumayan menurut pengakuannya. Bahkan mungkin bisa dibilang penghasilannya saat ini lebih baik jika dibandingkan dengan tingkat penghasilannya saat masih menjadi operator pabrik.
Diapun memiliki visi ke depan yang maju. Dia bayangkan suatu saat dia akan memiliki beberapa outlet sekelas McDonald. Tentunya dengan delivery order atau pesan antar. Sungguh ini bukan visi yang berlebihan. Bahkan sangat mungkin untuk diwujudkan bila ia konsisten menambah ilmunya dan komit untuk menerapkannya di bisnis yang ia jalani.
Masalah ilmu dan pengalaman memang menjadi point lemah Pak Tono. Ia sendiri mengakui bahwa ia perlu untuk menambah ilmunya dalam hal usaha. Well, untuk hal yang satu ini kebetulan saya punya solusinya. Saya sampaikan bahwa Komunitas TDA Tangerang punya grup KMB (Kelompok Mentoring Bisnis). KMB ini merupakan grup mentor dimana para pebisnis baik pemula maupun yang lebih maju dibimbing untuk melakukan bisnisnya dengan benar. Saya menawarkan Pak Tono untuk bergabung.
Beliau menyambut tawaran ini dengan antusias. Setelah bertukar nomor HP, kami pun berpisah.
Luar biasa rasanya. Sungguh menyenangkan melihat seorang rekan bisa move on dari kondisi yang mungkin bagi sebagian orang justru membuatnya terpuruk. Inilah salah satu contoh action yang positif. Dan rasanya action ini akan dilanjut dengan action-action yang lain karena Pak Tono terlihat antusias untuk melakukan step selanjutnya yaitu collaboration.
Good luck pak.
Leave a Reply