Seorang pria berjalan di sebuah pantai sendirian. Saat itu senja mulai turun dan angin bertiup sepoi-sepoi. Di kejauhan dia melihat ada seorang anak kecil. Anak kecil ini terlihat sibuk melempar sesuatu ke laut. Karena penasaran, pria ini pun berjalan mendekati anak ini.
Semakin dekat semakin jelaslah apa yang sedang dilakukan oleh si anak. Dia memungut bintang laut yang terdampar di pantai kemudian mengambil ancang-ancang dan lalu melemparnya ke laut.
Pria ini tertegun melihat pemandangan di hadapannya. Setelah beberapa waktu, ia akhirnya bertanya pada si anak, “Apa yang sedang kau lakukan nak?”.
Anak itu menjawab, “Aku sedang melempar bintang-bintang laut ini kembali ke laut. Kalau tidak, mereka akan mati di pantai”.
“Tapi nak, ada begitu banyak bintang laut yang terdampar. Saya rasa tidak akan ada perbedaan apakah kamu melempar mereka kembali atau tidak”, begitu jawab si pria ini lagi.
Sang anak terdiam, seolah sedang merenungi ucapan si pria. Kemudian dia memungut sebuah bintang laut, dan melemparnya kembali ke laut. Dia pun berkata, “Aku membuat perbedaan dengan bintang laut yang baru aku lempar itu”.
Ini bukan sebuah cerita baru. Mungkin anda pernah membacanya, atau mendengarnya dari seseorang. Saya sendiri dulu membacanya dari sebuah kata mutiara yang terdapat di kalender meja di ruang klinik perusahaan. Cerita yang simpel tapi penuh makna.
Cerita ini terngiang kembali di benak saya pagi ini ketika tiba-tiba saya dihadapkan pada 2 pilihan saat mengendarai sepeda motor, menerobos lampu merah atau menunggu lampu berubah hijau.
Beberapa pengemudi motor di depan saya memilih untuk menerobos lampu merah. Dengan santainya mereka melenggang mengikuti arus kendaraan di depan mereka. Terbayang betapa nikmatnya mengikuti arus tersebut dan menghemat waktu beberapa menit… tapi ingatan tentang cerita di atas menghentikan saya.
Dari sudut pandang orang kebanyakan, seperti sudut pandang sang pria, melempar bintang laut yang terdampar di pantai kembali ke laut adalah perbuatan sia-sia. Selain jumlah yang terdampar cukup banyak, toh walaupun dilempar, sebagian akan kembali terdampar lagi. It’s just not worth it.
Sebaliknya dari sudut pandang sang anak, setiap bintang laut yang berhasil ia kembalikan ke pantai adalah sebuah keberhasilan, sebuah proses menuju kesuksesan. Terus kenapa kalau sebagian akan kembali terdampar? Bukankah sebagian lagi berhasil hidup di laut? Bukankah itu berarti kita sudah membuat perbedaan?
Sama seperti kondisi pagi itu. Begitu banyak orang yang berpikiran, ‘ah cuma melanggar lampu merah’, atau ‘saya udah lihat kanan kiri kok, kosong’, atau ‘saya udah terlambat nih’… dan lain lain. Bahkan ada di suatu lokasi saya lihat polisi cepeknya berani menghentikan arus kendaraan walaupun lampu lalu lintasnya berwarna hijau, dan mempersilahkan kendaraan dari arah lain yang lampu lalu lintasnya masih merah, demi untuk mendapatkan rupiah. Kondisi yang luar biasa.
Akhirnya saya secara sadar telah memilih. So what kalo semua orang melanggar lampu merah? Saya tidak, dan dengan tidak melanggar lampu lalu lintas di pagi itu, saya telah membuat perbedaan.
Apakah anda juga membuat perbedaan hari ini?
Recent Comments