Strategy to grow

Dalam buku yang berjudul ON, karya terbaru guru saya – Pak Jamil Azzaini, ada sebuah kalimat yang singkat tetapi memiliki makna yang sangat penting dan sangat inspiratif. Kalimat itu adalah: “Hidup itu bertumbuh”.

Ya, hidup itu bertumbuh. Jika kita bertumbuh maka kita merasa bahwa kita hidup. Sebaliknya, jika tidak bertumbuh maka pada prinsipnya kita mulai mengalami “kematian”. Secara fisik sudah jelas terlihat bagaimana hidup kita bertumbuh. Mulai dari bayi, bertumbuh menjadi balita, kemudian menjadi remaja, lalu dewasa. Begitupun akal pikiran kita. Semakin dewasa maka kita semakin mampu untuk mencerna konsep-konsep yang dulu ketika kita masih anak-anak terlihat begitu rumit. Inilah salah satu ciri bertumbuh.

Pada materi minggu kedua UCEO T100 dibahas tentang strategi untuk bertumbuh. Dalam sebuah seminar, saya pernah melihat seorang pembicara menampilkan video tentang roller coaster entrepreneurship. Ternyata konsep yang mirip dibahas oleh Pak Nur Agustinus dalam videonya. Pak Nur Agustinus menjelaskan bahwa setiap usaha akan dimulai dari titik start up, kemudian grow dan menjadi mature atau matang, lalu mulai masuk pada titik decline atau penurunan. Setelah decline, hanya ada 2 opsi, apakah kembali lahir atau mengalami kematian.

Titik start up adalah saat dimana seorang entrepreneur mulai dari 0. Ia memiliki sebuah konsep, dan mulai mewujudkan konsep tersebut menjadi kenyataan. Dari sini ia telah masuk ke dalam fase growth atau bertumbuh. Ciri-ciri fase bertumbuh adalah tercapainya BEP (Break Even Point) dan pertumbuhan usaha yang cepat. Pak Nur Agustinus memberikan contoh sebuah usaha majalah. Dalam fase growth, pelanggan majalah tersebut naik dari 100 pelanggan, ke 200 pelanggan, naik lagi ke 500 pelanggan dan seterusnya. Hingga akhirnya pada suatu titik, jumlah pelanggan tidak lagi naik secara signifikan. Pada saat inilah perusahaan masuk pada fase maturity atau kematangan. Pada fase ini, walaupun pelanggan tidak lagi berkembang secara signifikan, tetapi perusahaan telah menjadi matang dan mampu mengatur keuangannya dengan lebih cerdik. Dalam contoh majalah tadi, perusahaan telah berhasil mendapatkan arus cashflow yang oke dari datangnya iklan. Kemudian ditambah dengan pola pengelolaan cashflow yang baik dengan penurunan cost di beberapa bidang, profit yang diterima menjadi semakin tinggi. Ini tentunya hal yang sangat diidam-idamkan oleh setiap entrepreneur.

Setiap fase memiliki strategi untuk bertumbuh yang berbeda-beda. Strategi di fase growth berbeda dengan strategi di fase maturity. Jangan sampai kita melakukan sebuah strategi yang salah. Salah satu contoh strategi yang salah dalam fase growth adalah ketika pelanggan mulai naik secara signifikan, perusahaan mulai melakukan ekspansi dengan penambahan cabang karena merasa sudah mendapatkan profit, padahal modalnya tidak kuat. Penambahan cabang adalah strategi yang boleh dilakukan dalam fase maturity, bukan dalam fase growth. Dalam fase growth, strategi yang tepat adalah dengan melakukan promosi yang gencar sebagai sarana mengenalkan diri dan produk kepada pasar.

Sedangkan contoh yang salah dalam fase maturity adalah melakukan diskon besar-besaran karena panik melihat market yang tidak berkembang. Padahal masih ada strategi lain yang bisa ditempuh dalam fase ini. Salah satunya adalah dengan melakukan ekspansi tadi. Ketika pasar sudah mulai jenuh di suatu daerah, mulailah membuka cabang di daerah yang lain, mulai membuka sebuah pasar yang baru. Atau bisa juga dengan membuat sebuah produk yang baru, yang bisa di cross selling dengan produk kita yang sudah tersedia di pasar.

Penjelasan Pak Nur Agustinus memberikan secercah pencerahan bagi saya. Ternyata, dalam menjalani usaha yang telah dimulai setahun yang lalu, sampai sekarang saya bahkan belum masuk pada fase growth. Usaha saya saat ini boleh dibilang masih ada di fase start up. Beberapa kali kami melakukan usaha untuk bertumbuh yang ternyata terbukti tidak efektif karena memang belum waktunya untuk dilakukan. Kami ada di fase dimana seharusnya jenis strategi yang kami gunakan menunjang kegiatan introduction atau pengenalan. Pasar harus mendapat informasi bahwa kami exist, bahwa kami ada dan memiliki produk-produk yang dibutuhkan oleh mereka. Harapannya tentu saja pasar akan berkembang, sehingga kami bisa mencapai BEP. Barulah pada titik ini kami bisa katakan bahwa kami sudah masuk pada fase selanjutnya.

Ok. Waktunya untuk menyingsingkan lengan baju. It is time to grow now.

2 comments

    • Dedi Sugandi on 06/03/2014 at 02:46
    • Reply

    Dahsyat…
    Ilmu anda luas sekali….let’s grow…..!

    1. Salam kenal Pak Dedi. Ini justru masih belajar. Mari grow bersama-sama.

Leave a Reply

Your email address will not be published.