Bungkuk itu ternyata nikmat

Sebelum memulai membaca artikel ini, saya menantang anda untuk mengingat 3 saja nikmat yang telah dianugerahkan Allah pada anda hari ini. Bisa? Bisa dong. Ingat ya, cukup 3 saja. Bayangkan dulu nikmat-nikmat ini sebelum mulai membaca paragraph berikutnya. Sudah? Good. Silahkan dilanjut.

Sebagai manusia, seringkali kita menilai suatu hal berdasarkan apa yang bisa kita lihat saja. Seseorang berpenampilan kusam akan memiliki nilai yang lebih rendah dari pada orang yang berpenampilan perlente di mata kita. Padahal bisa jadi orang yang berpenampilan kusam tersebut adalah seorang pengusaha sukses yang sedang mengenakan ‘baju kerjanya’. Sedangkan orang yang berpenampilan perlente tersebut ternyata adalah seorang copet yang sedang mencari mangsa. Atau bisa jadi kita memandang remeh seorang anak belasan tahun, yang tidak dinyana ternyata adalah seorang internet marketer yang handal.

Itulah kira-kira yang pernah saya lakukan ketika menjawab tantangan 3 pertanyaan di atas. Jawaban saya kurang lebih: bisa sampai di rumah dengan selamat selepas pulang kerja, masih diberi nafas untuk hidup hari ini, dan bertemu dengan rekan-rekan kerja yang kooperatif. Saya rasa jawaban andapun akan berkisar tentang kehidupan sehari-hari dan hal-hal yang anda temui di tempat kerja ataupun di perjalanan. Tentu saja tidak ada yang salah dengan itu.

Nah, beberapa hari yang lalu saya berkesempatan untuk merasakan pengalaman yang tidak biasa. Pengalaman yang mengingatkan kembali hakikat definisi ‘Nikmat’ bagi saya. Kegiatan di pagi hari itu diawali seperti biasa, mandi, makan dll. Setelah itu saya siap untuk berangkat kerja. Tetapi, tanpa dinyana tiba-tiba tulang pinggang saya terasa sangat nyeri ketika posisi tubuh agak sedikit membungkuk. Begitu nyeri sehingga saya terpaksa harus beraktifitas dengan punggung yang tegak setiap saat. Padahal ada beberapa aktifitas yang ternyata membutuhkan posisi tubuh yang agak membungkuk. Sebut saja memakai sepatu, memakai celana (hehehe… coba deh pakai celana ngga pakai bungkuk), bangun dari tidur, dan yang paling challenging: aktifitas di kamar mandi… Hampir seluruh aktifitasnya membutuhkan tubuh yang agak membungkuk. Well, setidaknya di kamar mandi rumah kami.

Dan begitulah yang saya rasakan selama kurang lebih 3 hari. Aktifitas-aktifitas sederhana yang biasanya bisa dilakukan dengan mudah saat tubuh ini sehat berubah menjadi kegiatan yang berat dan membutuhkan perjuangan untuk melakukannya. Bahkan berjalan biasa selama beberapa waktu sudah membuat tubuh ini seperti mau copot karena ngilu.

Alhamdulillah, selama 3 hari rasa ngilunya perlahan-lahan mulai mereda. Beberapa cara juga kami lakukan untuk menguranginya. Mulai dari memijat sendiri, hingga meminum herbal untuk melancarkan darah. Puncaknya kami panggil seorang tukang urut yang tahu urat syarat untuk memijat. Setelah itu rasa nyerinya terus berkurang hingga hampir tidak terasa lagi.

Pengalaman beberapa hari ini mengingatkan saya bahwa ternyata bungkuk itu nikmat. Sebuah hal yang kita anggap biasa dan normal, bahkan nyaris tidak terasa keberadaannya dalam kehidupan sehari-hari, ternyata adalah sebuah bagian dari paket kenikmatan yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Sama seperti *maaf* buang angin. Rasanya kegiatan yang kadang disertai bunyi aneh dan bau-bau tak sedap ini bukanlah hal yang luar biasa. Tetapi saya pernah baca sebuah artikel dimana seseorang terpaksa harus dioperasi karena tubuhnya tidak bisa melakukan hal sederhana tersebut… buang angin. Oleh karena itu, selagi masih bisa buang angin, maka buanglah… *gagalfokus

Kembali ke topik. Tulisan ini bermaksud untuk mengingatkan bahwa nikmat dari Allah bukan hanya nikmat-nikmat yang kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari saja. Ternyata dari tubuh kita pun sudah ada jutaan bahkan milyaran nikmat yang begitu luar biasa. Jantung yang berdetak secara otomatis, paru-paru yang menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida, ginjal yang menjadi penyaring, dan banyak lagi. Maka pantaslah jika Allah bersabda dalam Al-Quran bahwa manusia tidak akan dapat menghitung seluruh nikmat yang telah Dia berikan.

Jadi sebagai pengingat bagi saya pribadi, mari kita syukuri setiap detik kehidupan kita. Bersyukur atas setiap nikmat yang tidak akan dapat kita sebutkan satu persatu. Dan menggunakan waktu kita dengan benar sebagaimana FirmanNya: Tidak Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk menyembahKu (QS. Adz-Dzaariyaat:56).

Leave a Reply

Your email address will not be published.