Tulisan kali ini akan memuat laporan selayang pandang dari sharing dua punggawa WBT 10 di Trainer Bootcamp and Contest #9 yang lalu yaitu Fathi Bawazier dan sang juara Tony Yansen.
Pak Fathi memulai terlebih dahulu dengan memberikan pandangannya tentang training-training yang diberikan oleh Pak Jamil Azzaini. Kenapa beliau memutuskan untuk ikut TBnC? Tidak lain karena kecintaannya kepada komunitas ini yang sudah terbentuk sejak event WBT 10 yang lalu. Makanya dengan bermodal nekat, dia pun masuk ke kawah candradimuka para trainer ini.
Kata ‘nekat’ memang sudah melekat dan menjadi trademarknya Pak Fathi. Kita bisa menangkap auranya dari beberapa cuplikan adegan kehidupan beliau. Bahkan seringkali kisahnya sangat extraordinary dan mirip adegan film. Ini contoh cuplikannya yang beliau sharing di reuni kemarin:
“Suatu hari, saat saya bekerja di sebuah store di Amerika, saya menemukan bungkusan besar. Saat saya buka… saya terkejut luar biasa. Isinya uang… banyak sekali uang… Saya pun menelpon polisi. Ketika polisi tiba, mereka meminta saya bersikap biasa-biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa. Mereka bilang, yang punya uang ini akan kembali dan saat itu mereka akan menangkapnya. Saya pun mencoba bersikap biasa, walaupun hati ini dag dig dug luar biasa. Ternyata benar, pemilik uang itu datang. Dan saat ia mengambil bungkusan itu, datang mobil polisi dari segala penjuru, mengepung….. ”
Lanjutan cerita ini, dengan gaya cerita yang lebih seru bisa dibaca di buku Biografi Fathi Bawazier, co writer: Umarat Adlil… to be published soon 😛
Pak Fathi menshare ke kita sebuah video hasil rekamannya sendiri. Isinya penampilan dari Ustad Bobby Herwibowo, Lc di final TBnC dengan tema materinya ‘Menghafal Al-Quran semudah senyum’. Videonya cukup panjang, sekitar 15 menit. Tetapi video ini tidak diputar penuh dan Pak Fathi hanya memberi komentar pada beberapa poin saja. Buat yang belum tahu, finalis TBnC #9 ini adalah Ustad Bobby dan Mas Tony. Sayangnya penampilan Mas Tony tidak terekam.
Penilaian kriteria juara TBnC jelas merupakan hak prerogatif panitia. Tetapi ada beberapa hal yang menjadi catatan dari Pak Fathi yang menurut beliau merupakan critical point dari penilaian terhadap peserta.
Yang pertama adalah materi yang unik. Untuk hal ini jelas Ustad Bobby menang. Materinya sangat unik. Belum pernah ada sebelumnya. Bayangkan, sebuah metode menghapal Al-Quran yang begitu mudah, bahkan disamakan dengan mudahnya kita memberi senyuman. Amazing. Materinya Mas Toni? Kalau ngga salah tentang ‘Be Maximized’ (Sorry kalo salah mas bro). Dari ceritanya Pak Fathi, materi ini masih kalah unik dari materi Ustad Bobby.
Yang kedua adalah karakter. Menurut Pak Fathi, Mas Tony menang dalam hal ini. Ini karena Ustad Bobby sudah begitu percaya diri, sehingga cenderung menjadi over confident. Sebaliknya, Mas Tony dengan berbekal materi yang seadanya, justru lebih down to earth baik terhadap sesama peserta maupun fasilitator. Pak Fathi mengibaratkan Mas Toni sebagai gelas yang kosong. Begitu enak untuk diberi masukan dan menyerap ilmu dari semua orang.
Yang ketiga adalah grafik performance. Ustad Bobby memang hebat. Bahkan dari hari pertama dia sudah menunjukkan superioritasnya dibandingkan yang lain. Secara visual, grafiknya stabil. Mas Tony memulai dengan biasa-biasa aja, kemudian menunjukkan perbaikan-perbaikan yang significant, sebelum akhirnya melejit di hari terakhir. Secara visual, grafiknya naik.
Kurang lebih itulah poin-poin yang menurut Pak Fathi merupakan kunci penilaian. Selanjutnya giliran sang champion, Tony Yansen memulai sharingnya.
Mas Tony memulai sharing dengan kisah persiapannya memenuhi salah satu syarat dari panitia yaitu membuat spanduk. Ini dikerjakan agak terburu-buru karena panitia memang baru memberi informasi kurang lebih 1 minggu sebelum acara. Dia pun mengumpulkan gambar dari mana-mana, ambil sini ambil sana, kumpulin jadi satu… jebret… jadilah spanduk.
Berbekal pengalaman di WBT 10, materi disiapkan secara manual. Maka di hari pertama TBnC, ia tertegun-tegun melihat peserta yang lain mempertontonkan slide presentation. Akhirnya dia mengebut membuat slide di saat-saat yang memungkinkan. Ia pun sampai dibantu oleh seorang fasilitator untuk mencari gambar yang ia butuhkan untuk mengisi slidenya.
Mengingat kondisi ini, jujur Mas Tony mengatakan bahwa kesempatan untuk menang terlihat kecil dan ngga bermimpi untuk bisa menjadi juara. Tetapi kenyataan justru berkata lain. Panitia memiliki kriteria penilaiannya sendiri dan jadilah seorang Tony Yansen, alumnus WBT 10, champion di TBnC #9 ini.
Kalau boleh saya menambahkan, satu hal yang begitu obvious, begitu jelas dari sosok Mas Tony adalah aura pedenya yang luar biasa. Saya masih ingat komentar Pak Jamil saat Mas Tony tampil di atas panggung di WBT 10. Kata Pak Jamil, “Bagus, tinggal dipoles sedikit”. Ini menunjukkan bahwa mas Tony memang secara natural sudah punya bakat sebagai public speaker.
Tapi ini bukan berarti kita-kita yang tidak punya bakat alami tidak bisa menjadi public speaker. Hari Jumat lalu saya menjadi saksi transformasi seorang wanita biasa menjadi luar biasa. Dari seorang yang cupu menjadi public figure. Dialah Merry Riana. Kalau anda pikir dia punya bakat menjadi public speaker seperti saat ini, anda salah besar. Dia menjadi seperti sekarang adalah berkat kerja keras dan semangat pantang menyerah.
Seperti kata Einstein, “Genius is 1% talent and 99% hard work”.
So… guys, itulah resep-resep juara dari Pak Fathi dan Mas Tony. Mari kita praktekkan dan suatu saat ketika waktu dan kondisi memungkinkan, ketika datang tawaran untuk ikut TBnC lagi, kita akan bilang: “TBnC? Siapa takut…”
(Tulisan kedua dari 3 seri hasil reuni WBT 10)
5 comments
Skip to comment form
Top reportasenya pak. Menulisnya udah spt bicara yg mengalir..
Author
Masih terus belajar Mas Adlil. Semoga bisa konsisten.
Wow… Belajar banyak dari tulisan Mas Dadi… Semoga kita bisa terus saling Ber CollaboratiON dan membangun… Terima kasih Mas Dadi…
Jadi ikut TBnC ya…. 😀
Salam Maximal.
Author
Amiinnn, semoga bisa terus begitu. Sesuai tulisan saya, saya akan ikut TBnC kalau waktu dan kondisi memungkinkan 🙂
Salam maximal
Wah, ruuuuar biasa, kapan ya saya bisa ikut